cerita SEX Ima iparku

Bookmark and Share

Ima iparku

  
Aku biasa dipanggil Adi dan usiaku sekarang 32 tahun. Aku sudah beristri dengan 1
anak usia 2 tahun. Kami bertiga hidup bahagia dalam arti-an kami bertiga saling
menyayangi dan mencintai. Namun sebenarnya aku menyimpan rahasia terbesar
dalam hidup berumahtangga, terutama rahasia terhadap istriku. Bermula pada saat
beberapa tahun yang lalu, ketika aku masih berpacaran dengan istriku. Aku
diperkenalkan kepada seluruh keluarga kandung dan keluarga besarnya. Dan dari
sekian banyak keluarganya, ada satu yang menggelitik perasaan kelaki-lakianku;
yaitu kakak perempuannya yang bernama Ima (sebut saja begitu). Ima dan aku
seusia, dia lebih tua beberapa bulan saja, dia sudah menikah dengan suami yang
super sibuk dan sudah dikaruniai 1 orang anak yang sudah duduk di sekolah dasar.
Dengan tinggi badan 160 cm, berat badan kurang lebih 46 kg, berkulit putih bersih,
memiliki rambut indah tebal dan hitam sebahu, matanya bening, dan memiliki suara
agak cempreng tapi menurutku seksi, sangat menggodaku. Pada awalnya kami
biasa-biasa saja, seperti misalnya pada saat aku menemani pacarku kerumahnya
atau dia menemani pacarku kerumahku, kami hanya ngobrol seperlunya saja, tidak
ada yang istimewa sampai setelah aku menikah 2 tahun kemudian dia menghadiahi
kami (aku dan pacarku) dengan sebuah kamar di hotel berbintang dengan dia
bersama anak tunggalnya ikut menginap di kamar sebelah kamarku.
Setelah menikah, frekuensi pertemuan aku dengan Ima jadi lebih sering, dan kami
berdua lebih berani untuk ngobrol sambil diselingi canda-canda konyol. Pada suatu
hari, aku dan istri beserta mertuaku berdatangan kerumahnya untuk weekend
dirumahnya yang memang enak untuk ditinggali. Dengan bangunan megah berlantai
dua, pekarangannya yang cukup luas dan ditumbuhi oleh tanaman-tanaman hias,
serta beberapa pohon rindang membuat mata segar bila memandang kehijauan di
pagi hari. Letak rumahnya juga agak jauh dari tetangga membuat suasana bisa lebih
private. Sesampainya disana, setelah istirahat sebentar rupanya istriku dan
mertuaku mengajak untuk berbelanja keperluan bulanan. Tetapi aku agak
mengantuk, sehingga aku meminta ijin untuk tidak ikut dan untungnya Ima memiliki
supir yang dapat dikaryakan untuk sementara. Jadilah aku tidur di kamar tidur tamu
di lantai bawah. Kira-kira setengah jam aku mencoba untuk tidur, anehnya mataku
tidak juga terpejam, sehingga aku putus asa dan kuputuskan untuk melihat acara TV
dahulu. Aku bangkit dan keluar kamar, tetapi aku agak kaget ternyata Ima tidak ikut
berbelanja. Ima menggunakan kaus gombrong berwarna putih, lengan model you
can see dan dengan panjang kausnya sampai 15cm diatas lutut kakinya yang putih
mulus. "Lho..kok nggak ikut ?" tanyaku sambil semilir kuhirup wangi parfum yang
dipakainya, harum dan menggairahkan, "Tauk nih..lagi males aja gue.." sahutnya
tersenyum dan melirikku sambil membuat sirup orange dingin dimeja makan, "Anto
kemana..?" tanyaku lagi tentang suaminya, "Lagi keluar negeri, biasa..urusan
kantornya.." sahutnya lagi. Lalu aku menuju kedepan sofa tempat menonton TV
kemudian aku asik menonton film di TV. Sementara Ima berlalu menuju tingkat atas
(mungkin ke kamarnya).
Sedang asik-asiknya aku nonton, tiba-tiba kudengar Ima memanggilku dari lantai
atas; "Di..Adi..", "Yaa.." sahutku, "Kesini sebentar deh Di..", dengan tidak terburu-
buru aku naik dan mendapatinya sedang duduk disofa besar untuk 3 orang sambil
meminum sirup orangenya dan menghidupkan TV. Dilantai atas juga terdapat ruang
keluarga mini yang lumayan tersusun apik dengan lantainya dilapisi karpet tebal dan
empuk, dan hanya ada 1 buah sofa besar yang sedang diduduki oleh Ima. "Ada apa
neng..?" kataku bercanda setelah aku sampai diatas dan langsung duduk di sofa
bersamanya, aku diujung kiri dekat tangga dan Ima diujung kanan. "Rese luh..sini
temenin gue ngobrol ama curhat" katanya, "Curhat apaan?", "Apa! ajalah, yang
penting gue ada temen ngobrol" katanya lagi. Maka, selama sejam lebih aku ngobrol
tentang apa saja dan mendengarkan curhat tentang suaminya. Baru aku tahu,
bahwa Ima sebenarnya "bete" berat dengan suaminya, karena sejak menikah sering
ditinggal pergi lama oleh suaminya, sering lebih dari sebulan ditinggal.
"Kebayangkan gue kayak gimana ? Kamu mau nggak temenin aku sekarang ini ?"
tanyanya sambil menggeser duduknya mendekatiku setelah gelasnya diletakan
dimeja sampingnya. Aku bisa menebak apa yang ada dipikiran dan yang
diinginkannya saat ini. "Kan gue sekarang lagi nemenin.." jawabku lagi sambil
membenahi posisi dudukku agar lebih nyaman dan agak serong menghadap Ima.
Ima makin mendekat ke posisi dudukku. Setelah tidak ada jarak duduk denganku
lagi, Ima mulai membelai rambutku dengan tangan kirinya sambil bertanya "Mau..?",
aku diam saja sambil tersenyum dan memandang matanya yang mulai sayu
menahan sesuatu yang bergolak. "Bagaimana dengan orang-orang rumah lainnya
(pembantu-pembantunya) dan gimana kalau mendadak istriku dan nyokap pulang ?"
tanyaku, "Mereka tidak akan datang kalau aku nggak panggil dan maknyak bisa
berjam-jam kalau belanja." jawabnya semakin dekat ke wajahku.
Sedetik kemudian tangan kirinya telah dilingkarkan dileherku dan tangan kanannya
telah membelai pipi kiriku dengan wajah yang begitu dekat di wajahku diiringi nafas
harumnya yang sudah mendengus pelan tetapi tidak beraturan menerpa wajahku.
Tanpa pikir panjang lagi, tangan kananku kuselipkan diantara lehernya yang jenjang
dan rambutnya yang hitam sebahu, kutarik kepalanya dan kucium bibir merah
mudanya yang mungil. Tangan kiriku yang tadinya diam saja mulai bergerak secara
halus membelai-belai dipinggang kanannya."Mmhh..mmhh.." nafas Ima mulai
memburu dan mendengus-dengus, kami mulai saling melumat bibir dan mulai
melakukan French kiss, bibir kami saling menghisap dan menyedot lidah kami yang
agak basah, very hot French kiss ini berlangsung dengan dengusan nafas kami yang
terus memburu, aku mulai menciumi dagunya, pipinya, kujilati telinganya sebentar,
menuju belakang telinganya, kemudian bibir dan lidahku turun menuju lehernya,
kuciumi dan kujilati lehernya, "hhnngg.. Ahhdhii.. oohh.. honeey.. enngghh"
desahnya sambil memejamkan matanya menikmati permainan bibir dan lidahku di
leher jenjangnya yang putih dan kedua tangannya merengkuh kepalaku, sementara
kepala Ima bergerak kekiri dan kekanan menikmati kecupan-kecupan serta jilatan di
lehernya.
Tangan kiriku yang awalnya hanya membelai pinggangnya, kemudian turun
membelai dan mengusap-usap beberapa saat dipaha kanannya yang putih, mulus
dan halus untuk kemudian mulai menyelusup kedalam kaus gombrongnya menuju
buah dadanya. Aku agak terkejut merasakan buah dadanya yang agak besar, bulat
dan masih kencang, padahal setahuku Ima memberikan ASI ke anak tunggalnya
selama setahun lebih. Tanganku bergerak nakal membelai dan meremas-remas
lembut dengan sedikit meremas pinggiran bawah buah dada kanannya. "Buah
dadamu masih kencang dan kenyal neng." kataku sambil kulepas permainan
dilehernya dan memandang wajahnya yang manis dan agak bersemu merah tanpa
kusudahi remasan tanganku di buah dada kanannya. "Kamu suka yaa.." sahutnya
sambil tersenyum dan aku mengangguk. "Terusin dong.." pintanya manja sambil
kembali kami berciuman dengan bergairah. "Mmhh.. mmhh.. ssrrp.. ssrrp.." ciuman
maut kami beradu kembali. Tangan kiriku tetap menjalankan tugasnya, dengan
lembut membelai, meremas, dan memuntir putingnya yang mengeras kenyal.
Tangan kanan Ima yang tadinya berada dikepalaku, sudah turun membelai tonjolan
selangkanganku yang masih terbungkus celana katun. Ima menggosok-gosokkan
tangan kanannya secara berirama sehingga membuat aku makin terangsang dan
penisku makin mengeras dibuatnya. Nafas kami terus memburu diselingi desahan-
desahan kecil Ima yang menikmati foreplay ini. Masih dengan posisi miring, tangan
kiriku menghentikan pekerjaan meremas buah dadanya untuk turun gunung menuju
keselangkangannya. Ima mulai menggeser kaki kanannya untuk meloloskan tangan
nakalku menuju sasarannya. Aku mulai meraba-raba CD yang menutup vaginanya
yang kurasakan sudah lembab dan basah. Perlahan kugesek-gesekkan jari jemariku
sementara Ima pasrah merintih-rintih dan mendesah-desah menikmati permainan
jemariku dan pagutan-pagutan kecil bibirku serta jilatan-jilatan lidahku dilehernya
yang jenjang dan halus diiringi desehan dan rintihannya berulang-ulang. Pinggulnya
diangkat-angkat seperti memohon jemariku untuk masuk kedalam CD-nya
meningkatkan finger play ku. Tanpa menunggu, jariku bergerak membuka ikatan
kanan CD-nya dan mulai membelai rambut kemaluannya yang lembut dan agak
jarang. Jari tengahku sengaja kuangkat dahulu untuk sedikit menunda sentuhan di
labia mayoranya, sementara ! jari telunjuk dan jari manisku yang bekerja
menggesek-gesekkan dan agak kujepit-jepit pinggiran bibir vaginanya dengan
lembut dan penuh perasaan.
Sementara Ima memejamkan matanya dan dari bibir mungilnya mengeluarkan
rintihan-rintihan juga desahan-desahan berkali-kali. Kemudian jari tengahku mulai
turun dan kugesek-gesekkan untuk membelah bibir kemaluannya yang kurasa sudah
basah. Berkali-kali kugesek-gesek dengan sisi dalam jari tengahku, kemudian mulai
kutekuk dan kugaruk-garuk jari tengahku agak dalam di bibir vaginanya yang
kenyal, lembut dan bersih. Sementara Ima makin merintih-rintih dan mendesah-
desah sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan gerakan naik turun kekiri
dan kekanan "Ouuhh.. hemmhh.. sshh.. aahh.. Dhii.. eehhnakh.. honey.. oohh...
..sshh.." rintih dan desahannya berkali-kali. Finger play ini kusertai dengan ciuman-
ciuman di leher dan bibirnya serta sambil kami saling menyedot lidah. Setelah puas
dengan posisi miring, kemudian aku agak mendorong tubuhnya untuk duduk dengan
posisi selonjor santai, sementara aku berdiri dikarpet dengan dengkulku
menghadapnya, Ima agak terdiam dengan nafasnya memburu, perlahan kubuka
kaus gombrongnya, saat itulah aku dapat melihat tubuhnya separuh telanjang, lebih
putih dan indah dibandingkan istriku yang berkulit agak kecoklatan, dua bukit
kembarnya terlihat bulat membusung padat, sangat indah dengan ukuran 36B,
putih, dengan puting merah muda dan sudah mengeras menahan nafsu birahi yang
bergejolak.
Sambil tangan kiriku bertopang pada tepian sofa, mulutku mulai menciumi buah
dada kanannya dan tangan kananku mulai membelai, menekan, dan meremas-
remas buah dada kirinya dengan lembut. "Aahh.. hhnghh.. honeey.. enaak..
bangeet.. terruss.. aahh.. mmnghh.. hihihi.. auhh..adhi.." Ima bergumam tak karuan
menikmati permainanku, kedua tangannya meremas dan menarik-narik rambutku.
Ima mendesah-desah dan merintih-rintih hebat ketika putingnya kuhisap-hisap dan
agak kugigit-gigit kecil sambil tangan kananku meremas buah dada kirinya dan
memelintir-pilintir putingnya. Ima sangat menikmati permainanku didadanya
bergantian yang kanan dan kiri, hingga dia tak sadar berucap "Adhii.. oohh.. bhuat
ahkhuu puas kayak adhikku di hotel dulu.. hhnghh.. mmhh..", ups..aku agak kaget,
tanpa berhenti bermain aku berpikir rupanya Ima menguping "malam pertamaku"
dulu bersama istriku, memang pada malam itu dan pada ML-ML sebelumnya aku
selalu membuat istriku berteriak-teriak menikmati permainan sex-ku. Rupanya..Oke
deeh kakak, sekaranglah saat yang sebenarnya juga sudah aku tunggu-tunggu dari
dulu. "Adhii.. sekarang dong.. aahh.. akhu sudah nggak tahann.. oohh.." ujarnya,
tapi aku masih ingin berlama-lama menikmati kemulusan dan kehalusan kulit tubuh
Ima.
Setelah aku bermain dikedua buah dadanya, menjilat, menghisap, menggigit,
meremas dan memelintir, aku jilati seluruh badannya, jalur tengah buah dadanya,
perutnya yang ramping, putih dan halus, kugelitik pusarnya yang bersih dengan
ujung lidahku, kujilati pinggangnya, "Aduuh.. geli dong sayang.. uuhh..", kemudian
aku menuju ke kedua pahanya yang putih mulus, kujilati dan kuciumi sepuasnya
"Aahh.. ayo dong sayang.. kamu kok nakal sihh.. aahh..", sampailah aku di
selangkangannya, Ima memakai CD transparan berwarna merah muda yang terbuat
dari sutra lembut, dan kulihat sudah sangat basah oleh pelumas vaginanya.
"Sayang.. kamu mau ngapain?" tanyanya sambil melongokkan kepalanya kebawah
kearahku. Aku tersenyum dan mengedipkan mata kiriku kearahnya nakal. Dengan
mudah CD-nya kubuka ikatan sebelah kirinya setelah ikatan kanan telah terbuka,
sekarang tubuh Ima sudah polos tanpa sehelai benangpun menghalangi, kemudian
aku buka kedua kakinya dan kulihat pemandangan surga dunia yang sangat indah.
Bibir vaginanya sangat bersih dan berwarna agak merah muda dengan belahan
berwarna merah dan sangat bagus (mungkin jarang digunakan oleh suaminya)
meskipun sudah melahirkan satu orang anak, dan diatasnya dihiasi bulu-bulu halus
dan rapi yang tidak begitu lebat. "Oohh.. Ima.. bersih dan merah banget.." ujarku
memuji, "hihihi.. suka ya..?" tanyanya, tanpa kujawab lidahku langsung bermain
dengan vaginanya, kujilati seluruh bibir vaginanya berkali-kali up and down, tubuh
Ima mengejang-ngejang "Aahh..aahh..dhhii..oohh..eenak adhii..aahh..Anto nggak
pernah mau begini..mmhh.." lidahku mulai menjilati bibir vaginanya turun naik dan
menjilati labia mayoranya dengan ujung! lidahku. Ima menggeliat-geliat, mendesah-
desah, dan melenguh-lenguh, aku menjilati vaginanya sambil kedua tanganku
meremas-remas kedua buah dadanya "Hhnghh.. nngghh.. aahh.. dhii.. honey.."
gumamnya sangat menikmati permainan lidah dan bibirku yang menghisap-hisap
dan menjilat-jilat klitorisnya berulang-ulang, menghisap-hisap seluruh sudut
vaginanya serta lidahku mendesak-desak kedalam liang vaginanya berkali-kali tanpa
ampun "Oohhnghh.. dhii.. more.. honey.. more.. ahh..", tangan kananku kemudian
turun untuk bergabung dengan bibir dan lidahku di vaginanya, sedikit-sedikit dengan
gerakan maju mundur jari tengahku kumasuk-masukkan kedalam lubang vaginanya
yang sudah becek, makin lama makin dalam kumasukkan jari tengahku sambil tetap
bergerak maju mundur.
Setelah masuk seluruhnya, jari tengahku mulai beraksi menggaruk-garuk seluruh
bagian dinding dalam liang surga Ima sambil sesekali kugerakkan ujungnya
berputar-putar dan kusentuh-sentuh daerah G-spotnya, Ima meradang dan
menggelinjang hebat ketika kusentuh G-spot miliknya. Lidahku tidak berhenti
menjilati sambil kuhisap-hisap klitorisnya. Ima berusaha mengimbangi finger playku
dengan menggoyang-goyangkan pantatnya naik turun, kekiri dan kekanan dan
bibirnya tidak berhenti merintih dan mendesah
"Sshh..enghh..uuhh..Adhii..ouuhh..aahh..sshh..enghh.." tidak ada kata-kata yang
keluar dari bibirnya selain suara rintihan, erangan, lenguhan dan desahan
kenikmatan. Sekitar 20 menit kemudian liang vaginanya berkedut-kedut dan
menghisap "Oohhnghh.. ahh.. dhii.. akhu.. sham.. oohh.. henghh.. sham.. phaii..
aahh.. honey.. hengnghh ..aa..aa.." Ima berteriak-teriak mencapai klimaksnya
sambil menyemburkan cairan kental dari dalam vaginanya yang berdenyut-denyut
berkali-kali "serrtt.. serrtt.. serrtt.." kucabut jariku dan aku langsung menghisap
cairan yang keluar dari lubang vaginanya sampai habis tak bersisa, tubuhnya
mengejang dan menggelinjang hebat disertai rintihan kepuasan, kedua kakinya
dirapatkan menjepit kepalaku, dan kedua tangannya menekan kepalaku lebih dalam
kearah vaginanya. Kemudian tubuhnya mulai lemas setelah menikmati klimaksnya
yang dahsyat "Aahh.. adhii.. eenghh.. huuhh.." vaginanya seperti menghisap-hisap
bibirku yang masih menempel dalam dan erat di vaginanya. "Oh.. adi.. kamu gila..
enak banget.. oohh.. lidah dan hisapanmu waow.. tob banget dah.. oohh.." katanya
sambil tersenyum puas sekali melihat kearah wajahku yang masih berada diatas
vaginanya sambil kujilati klitorisnya disamping itu tanganku tidak berhenti bekerja di
buah dada kanannya, "Anto nggak pernah mau oral-in aku..oohh.." dengan selingan
suara dan desahannya yang menurutku sangat seksi.
Sambil beranjak duduk, Ima mengangkat kepalaku, dan melumat bibirku "Sekarang
gantian aku, kamu sekarang berdiri biar aku yang bekerja, oke ?!?" ujarnya, "Oke
honey, jangan kaget ya.." sahutku tersenyum dan mengedipkan mata kiriku lagi
sambil berdiri, sekilas wajahnya agak keheranan tapi Ima langsung bekerja
membuka gesperku, kancing dan retsleting celanaku. Ima agak terkejut melihat
tonjolah ditengah CD-ku, "Wow..berapa ukurannya Di ?" tanyanya, "Kira-kira aja
sendiri.." jawabku sekenanya, tanpa ba bi bu Ima langsung meloloskan CD-ku dan
dia agak terbelalak dengan kemegahan Patung Liberty-ku dengan helm yang
membuntal, "Aww.. gila.. muat nggak nih..?", sebelum aku menjawab lidahnya yang
mungil dan agak tajam telah memulai serangannya dengan menjilati seluruh bagian
penisku, dari ujung sampai pangkal hingga kedua kantung bijiku dihisap-hisapnya
rakus "Sshh.. aahh.. Ima.. sshh.." aku dibuatnya merem melek menikmati
jilatannya. "Abis dicukur ya ?" tanyanya sambil terus menjilat, aku hanya tersenyum
sambil membelai kepalanya.
Kemudian Ima mulai membuka bibir mungilnya dan mencoba mengulum penisku,
"Mm.." gumamnya, penisku mulai masuk seperempat kemulutnya kemudian Ima
berhenti dan lidahnya mulai beraksi dibagian bawah penisku sambil menghisap-hisap
penisku "Serrp.. serrp.. serrp..", tangan kirinya memegang pantat kananku dan
tangan kanannya memilin-milin batang penisku, nikmat sekali rasanya "Aahh..
sshh..." aku menikmati permainannya, lalu mulut mungilnya mulai menelan batang
penisku yang tersisa secara perlahan-lahan, kurasa kenikmatan yang amat sangat
dan kehangatan rongga mulutnya yang tidak ada taranya saat penisku terbenam
seluruhnya didalam mulutnya. Agak nyeri sedikit diujung helmku, tapi itu dikalahkan
nikmatnya kuluman bibir iparku ini. Ima mulai memaju mundurkan gerakan
kepalanya sambil terus mengulum penisku, "Sshh.. aahh.. enak.. Ima..a hh.. terus ..
sayang.. uuhh.." gumamku, lidahnya tidak berhenti bermain pula sehingga aku
merasakan goyangan-goyangan kenikmatan dipenisku dari ujung kaki sampai ke
ubun-ubun, nikmat sekali, aku mengikuti irama gerakan maju mundur kepalanya
dengan memaju mundurkan pinggulku, kedua tanganku ku benamkan dirambut
kepalanya yang kuacak-acak, Ahh nikmat sekali rasanya "Clop.. clop.. clop..".
Setelah itu dengan agak membungkukkan posisi tubuhku, tangan kananku mulai
mengelus-elus punggungnya sedangkan tangan kiriku mulai meremas-remas buah
dada kanannya, kuremas, kuperas, kupijit dan kupuntir puting susunya, desahannya
mulai terdengar mengiringi desahan dan rintihanku sambil tetap mengulum,
mengocok dan menghisap penisku, "Ima.. mmhh.." rintihku. Mendengar rintihanku,
Ima makin mempercepat tempo permainannya, gerakan maju mundur dan jilatan-
jilatan lidahnya yang basah makin menggila sambil dihisap dan disedot penisku,
dipuntir-puntirnya penisku dengan bibir mungilnya dengan gerakan kepala yang
berputar-putar membuat seluruh persendian tubuhku berdesir-desir dan aku
merintih tak karuan. "Aahh.. Ima.. oohh.. mmnghh.. gila benerr.. oohh.." Kuluman
dan hisapannya tidak berhenti hingga 20 menit, "Gila luh.. 20 menit gue oral kamu
nggak klimaks.. sampai pegel mulut gue." katanya sambil berdiri dan melingkarkan
kedua tangannya dileherku untuk kemudian kami berciuman sangat panas, Ima
sambil berdiri berjinjit karena tinggiku 172 cm, sedangkan dia 160 cm. 5 menit kami
menikmati ciuman membara.
Kedua tanganku meremas-remas kedua bongkahan pinggulnya yang bulat dan
padat, namun kenyal dan halus kulitnya, lalu aku membopongnya menuju
kekamarnya sambil terus berciuman. Sambil merebahkan tubuh mungilnya, kami
berdua terus berciuman panas dan tubuh kami rebah dikasur empuknya sambil terus
berpelukan. Nafas kami saling memburu deras menikmati tubuh yang sudah
bersimbah keringat, berguling kekanan dan kekiri "Mmhh.. mmhh.. serrp.. serrp..",
tangan kananku kembali meluncur ke buah dada kirinya, meremas dan memuntir-
puntir putingnya, Ima memejamkan mata dan mengernyitkan dahinya menikmati
permainan ini sambil bibirnya dan bibirku saling mengulum deras, berpagutan,
menghisap lidah, dan dengan nafas saling memburu. Kuciumi kembali lehernya, kiri
kanan, Ima mendesah-desah sambil kakinya dilingkarkan dipinggangku dan
menggoyang-goyangkan pinggulnya. Penisku terjepit diantara perutnya dan perutku,
dan karena Ima menggoyang-goyangkan pinggulnya, kurasakan gesekan-gesekan
nikmat pada penisku, "Aahh..ahh..adi..cumbui aku honey..ahh..puasi aku
sayang..ehmm.." Ima mengerang-erang. Aku kembali meluncur ke kedua buah
dadanya yang indah dan mulai menjilati, menghisap, menggigit-gigit kecil, meremas,
dan memilin puting susunya yang sudah mengeras "Ahh.. terus honey.. oohh..
sshh..", setelah puas bermain dengan kedua buah dada indahnya, aku menuruni
tubuhnya untuk melumat vaginanya, kujilati semua sudutnya, up and down,
kuhisap-hisap klitorisnya dan kujilat-jilat, kuhisap-hisap lubang vagina dan
klitorisnya sepuas-puasnya "Oohh.. oohh.. sshh.. aahh.. honey.. kham.. muu..
nakhal.. oohh.. nakhaal.. banget sihh.. henghh.. oohh.. emmhh.." desahan demi
desahan diiringi tubuhnya yang menggelinjang dan berkelojotan, vaginanya terasa
makin basah dan lembab, "Aaahh..dhhii..oohh.." vaginanya mulai mengempot-empot
sebagai tanda hampir mencapai klimaks, sementara penisku sudah mengeras
menunggu giliran untuk menyerang.
Aku melepas jilatan dan hisapanku di vaginanya untuk kemudian bergerak keatas
kearah wajahnya yang manis, kulihat Ima mengigit bibir bawahnya dengan dahinya
yang mengerenyit serta nafasnya yang memburu ketika ujung penisku bermain di
bibir vaginanya up and down "Mmhh.. adi.. ayo dong.. aku udah nggak tahan nihh..
oohh.. jangan nakal gitu dong.. aahh.." Ima menikmati sentuhan binal ujung penisku
dibibir vaginanya "Okhe.. honey.. siap-siap yaa.." kataku juga menahan birahi yang
sudah memuncak. Perlahan kuturunkan penisku menghunjam ke vaginanya "Enghh..
aahh.. adi.. oohh.. do it honey.. oohh.." desahnya, Vaginanya agak sempit dan
kurasakan agak kempot kedalam menahan hunjaman penisku. "Slepp.." baru kepala
penisku yang masuk, Ima berteriak "Enghh.. aahh.. enak sayang.. sshh.. oohh.."
sambil mencengkeram bahuku seperti ingin membenamkan kuku-kuku jarinya
kekulitku "Ayo adi.. aahh.. terusss honey.. aahh.. aahh.." vaginanya kembali
mengempot-empot dan menghisap-hisap penisku tanda awal menuju klimaks "Ahh..
Ima.. enak banget..itu mu.. ahh.." aku menikmati hisapan vaginanya yang
menghisap-hisap kepala penisku. Tidak berapa lama kemudian Ima kembali
berteriak "Aadii.. aahh.. khuu.. aahh.. aahh.. oohh.." Ima kembali berteriak dan
merintih mencapai klimaksnya dimana baru kepala penisku saja yang masuk. Aku
geregetan, sudah dua kali Ima mencapai klimaks sedangkan aku belum sama sekali,
begitu Ima sedang menikmati klimaksnya, aku langsung menghunjamkan seluruh
batang penisku kedalam liang vaginanya "Sloop..sloop..sloopp.." dengan gerakan
turun naik yang berirama "Aahh.. aahh.. hemnghh.. oohh.. aahh.. dhii.. aahh..
aahh.. ehh.. nhak ..sha..yang.. enghh..oohh.." Ima mendesah-desah dan berteriak-
teriak merasakan nikmatnya rojokan penisku di liang vaginanya yang sempit dan
agak peret.
Aku terus menaik turunkan penisku dan menghunjam-hunjamkan keliang vaginanya,
sementara Ima makin melenguh, mendesah dan merintih-rintih merasakan gesekan-
gesekan batang penisku dan garukan-garukan kepala penisku didalam liang
vaginanya yang basah dan kurasakan sangat nikmat, seperti menghisap dan
memilin-milin penisku. Suara rintihan dan desahan Ima semakin keras kudengar
memenuhi ruang kamarnya sementara deru nafas kami semakin! memburu, dan
akhirnya "Aahh.. dhii..ahh.. khuu.. sam..phai.. lhaa..ghii.. aahh..aahh.. aahh.."
jeritnya terputus-putus mencapai kenikmatan ketiganya, aku masih belum puas,
kutarik kedua tangannya dan aku menjatuhkan diri kebelakang sehingga posisinya
sekarang Ima berada diatasku. Setelah kami beradu pandang dan berciuman mesra
sesaat, Ima mulai memaju mundurkan dan memutar pinggulnya, memelintir penisku
didalam liang vaginanya, gerakan-gerakannya berirama dan semakin cepat diiringi
suara rintihan dan desahan kami berdua, "Aahh.. Ima.. oohh.. enak banget..aahh.."
aku menikmati gerakan binalnya, sementara kedua tanganku kembali meremas
kedua buah dadanya dan jemariku memilin puting-putingnya "Aahh.. hemhh.. oohh..
nghh.. " teriakannya kembali menggema keseluruh ruangan kamar, "Tahan.. dhulu..
aahh.. tahan.." sahutku terbata menikmati gesekan vaginanya di penisku, "Enghh..
akhu.. nggak khuat.. oohh.. honey.. aahh.." balasnya sambil mengelinjang-gelinjang
hebat dengan vaginanya yang sudah mengempot-empot "Seerrt.. seerrt.. seerrt.."
Ima mengeluarkan banyak cairan dari dalam vaginanya dan aku merasakan
hangatnya cairan tersebut diseluruh batang penisku, tubuhnya mengigil disertai
vaginanya berdenyut-denyut hebat dan kemudian Ima ambruk dipelukanku
kelelahan "Oohh.. adhi.. hhhh.. mmhh.. hahh..enak banget sayang.. oohh.. mmhh.."
bibirnya kembali melumat bibirku sambil menikmati klimaksnya yang keempat,
sementara penisku masih bersarang berdenyut-denyut perkasa didalam vaginanya
yang sangat basah oleh cairan kenikmatan dari vagina miliknya yang masih
berdenyut-denyut dan menghisap-hisap penisku.
Kami terdiam sesaat, kemudian "Aku haus banget sayang, aku minum dulu
yaa..boleh ?" pintanya memecah kesunyian masih berpelukan erat sambil kubelai-
belai punggungnya dengan tangan kiriku dan agak kuremas-remas pantatnya
dengan tangan kananku, "Boleh, tapi jangan lama-lama ya, aku belum apa-apa
nih.." ujarku jahil sambil tersenyum. Sambil mencubit pinggangku Ima melepas
pelukannya, melepas penisku yang bersarang di liang vaginanya "Plop.." sambil
memejamkan matanya menikmati sensasi pergeseran penisku dan didinding-dinding
vaginanya yang memisah untuk kemudian berdiri dan berjalan keluar kamar
mengambil sirup orange dimeja samping sofa. Kemudian Ima berjalan kembali
memasuki kamar sambil minum dan menawarkannya padaku. Aku meneguknya
sedikit sambil mengawasi Ima berjalan menuju kamar mandi dalam kamarnya yang
besar. Indah sekali pemandangan tubuhnya dari belakang, putih mulus dan tanpa
cacat. Ima masuk kekamar mandi, sejenak kuikuti dia, kulihat Ima sedang
membasuh tubuh indahnya yang berkeringat dengan handuk "Kenapa ? Udah nggak
sabar ya ?" tanyanya sambil melirikku dan tersenyum menggoda.
Tanpa basa-basi kuhampiri Ima, kupeluk dari belakang dan kuciumi tengkuknya,
pundaknya dan lehernya. Sementara kedua tanganku bergerilya membelai kulit
tubuhnya yang halus. "Aahh..beneran nggak sabar..hihihi.." ucapnya "Emang..abis
upacaranya banyak amat.". Sambil tetap membelakanginya, tangan kananku mulai
menuju kebuah dada kanan dan kirinya, dengan posisi tangan kananku yang
melingkar di dadanya dua bukit bulat nan indah miliknya kugapai, sementara tangan
kiriku mulai menuju ke vaginanya. "Hemhh..sshh..aahh..enghh.." desahannya mulai
terdengar lagi setelah jari tengah tangan kiriku bermain di klitorisnya, sesekali
kumasukkan dan kukeluarkan jari tengahku kedalam liang vaginanya yang mulai
basah! dan lembab serta tak ketinggalan tangan kananku meremas-remas buah
dada kanan dan kirinya. Kedua kakinya agak diregangkan sehingga memudahkan

jemari tangan kiriku bergerak bebas meng-eksplorasi vaginanya dan bibir serta
lidahku tidak berhenti mencium juga menjilat seluruh tengkuk, leher dan pundaknya
kiri dan kanan, sementara tangan kanannya menggapai dan membelai-belai
rambutku serta tangan kirinya membelai-belai tangan kiriku. "Ahh.. adhhii.. sshh..
mmhh..enak sayang..enghh..enaakhh..", kurasakan vagina mulai berdenyut-denyut,
lalu agak kudorong punggungnya kedepan, kedua tangannya menjejak washtaffel
didepannya, kemudian pinggulnya agak kutarik kebelakang serta pinggangnya agak
kutekan sedikit kebawah. Setelah itu kudorong penisku membelah kedua vaginanya
dari belakang "Srreepp.." aku tidak mau tanggung-tanggung kali ini, kujebloskan
seluruh batang penisku kedalam liang vaginanya "Oouhh.. aahh.. adhhii.. oohh.."
teriaknya berkali-kali seiring dengan hunjaman-hunjaman penisku, tangan kiriku
mencengkeram pinggang kirinya sedangkan tangan kananku meremas-remas buah
dada kanannya yang sudah sangat keras dan kenyal "Aahh.. adhii.. aahh.. harder..
aahh.. harder honey..aahh.." pintanya sehingga gerakan maju mundurku makin
beringas "Pook.. pook.. pook.." bunyi benturan tubuhku dibokongnya. Beberapa
lama! kemudian liang vaginanya mulai mengempot-empot dan menghisap-hisap
kembali dan aku tak kuasa menahan rintihan-rintihan bersamaan dengan rintihannya
"Ima.. aahh.. enak shay.. hemnghh.." "Aahh.. akhuu.. aahh.. sham.. phai.. aahh..",
"Tahan.. dulu.. sha.. yang..hhuuh.." ujarku sambil terus menghunjam-hunjamkam
penisku beringas karena aku juga mulai merasakan hal yang sama, "Aahh.. akhuu..
nggak.. kuat.. aahh.. AAHH.." "Seerrt..seerrt..seerrt.." kembali Ima mencapai
klimaks dan menyemburkan cairan kental tubuhnya, berkali-kali, aku nggak peduli
dan tetap ku genjot maju mundur penisku ke dalam vaginanya yang sudah sangat
becek.
Kurasakan penisku seperti disedot-sedot dan dipuntir-puntir di dalam vaginanya
yang sudah bereaksi terhadap orgasmenya. Akhirnya mengalirlah lava panas dari
dalam tubuhku melewati batang penisku kemudian ke ujungnya lantas
memuncratkan sperma hangatku ke dalam vaginanya yang hangat "Aahh..." kami
mendesah lega setelah sedari tadi! berpacu mencapai kenikmatan yang amat
sangat. Tubuh Ima mengigil menikmati sensasi yang baru saja dilaluinya untuk
kemudian kembali mengendur meskipun vaginanya masih mengempot dan
menghisap-hisap, aku diam dan kubiarkan Ima menikmati sensasi kenikmatan
klimaksnya. "Ahh.. punyamu enak ya Ima.. bisa ngempot-ngempot gini.."ujarku
memuji, "Enak mana sama punya adikku ?" tanyanya sambil menghadapkan kearah
wajahku dibelakangnya dan tersenyum "Punyamu..hisapannya lebih hebat..mmhh.."
kucium mesra bibirnya dan Ima memejamkan matanya. Kemudian kucabut penisku
"Ploop.." "Aahh.." Ima agak menjerit, dan cepat kugandeng tangannya keluar dari
kamar mandi dan kembali ketempat tidur. Setelah Ima merebahkan dirinya
terlentang di tempat tidur, aku berada diatasnya sambil kuciumi dan kulumat bibir
mungilnya "Mmhh..mmhh.." tangan kanannya meremas-remas penisku yang masih
saja gagah setelah 2 jam bertempur "Kamu hebat Di, udah 2 jam masih keras aja..
dan kamu bener-bener bikin aku puas." puji Ima, "Sekali lagi yaa, yang ini gong nya,
aku bikin kamu puas dan nggak akan ngelupain aku selamanya, oke ?!" balasku,
sambil berkata aku mulai menggeser tubuhku dan mengangkanginya, kemudian
tanganku menuntun penisku memasuki liang vaginanya menuju pertempuran
terakhir pada hari itu. "Sleepp.." "Auuwhh.." Ima agak menjerit. Perlahan tapi
mantap kudorong penisku, sambil terus kutatap wajah manis iparku ini, Ima merem
melek, mengernyitkan dahinya, dan menggigit bibir bawahnya dengan nafas
memburu menahan kenikmatan yang amat sangat didinding-dinding vaginanya yang
becek "Hehhnghh.. engghh.. aahh.." gerangnya.
Aku mulai memaju mundurkan gerakan pinggulku, perlahan-lahan makin lama
makin cepat, makin cepat, dan makin cepat, sementara Ima yang berada dibawahku

mulai melingkarkan kedua kaki indahnya kepinggangku dan kedua tangannya
memegang kedua tanganku yang sedang menyangga tubuhku, Ima mengerang-
erang, mendesah-desah dan melenguh-lenguh "Aahh.... oohh.. sshh.. teruss..
honey.. oohh..", sementara akupun terbawa suasana dengusan nafas kami berdua
yang memburu dengan menyertainya mendesah, mengerang, dan melenguh
bersamanya "Enghh.. Imaa.. oohh.. ennakh.. sayang..?" tanyaku "He-eh.. enghh..
aahh.. enghh.. enakhh.. banghethh.. dhii... aahh.." lenguhannya kadang meninggi
disertai jeritan-jeritan kecil dari bibir mungilnya "Oohh.. adhii.. oohh.. enghh.."
tubuhnya mulai bergelinjangan dan berkelojotan, matanya mulai dipejamkan, jepitan
kaki-kakinya mulai mengetat dipinggangku, kami terus memacu irama persetubuhan
kami, aku yang bergerak turun naik memompa dan merojok-rojok batang penisku
kedalam liang vaginanya diimbangi gerakan memutar-mutar pinggul Ima yang
menimbulkan sensasi memilin-milin di batang penisku, nikmat sekali.
Kulepas pelukanku untuk kemudian aku merubah posisiku yang tadinya menidurinya
ke posisi duduk, kuangkat kedua kaki Ima yang indah dengan kedua tanganku dan
kubuka lebar-lebar untuk kembali kupompa batang penisku kedalam liang vaginanya
yang makin basah dan makin menghisap-hisap "Enghh.. Adhii.. oohh.. shaa.. yang..
aahh.." kedua tangan Ima meremas erat bantal dibawah kepalanya yang
menengadah keatas disertai rintihan, teriakan, desahan dan lenguhan dari bibir
mungilnya yang tidak berhenti. Kepalanya terangguk-angguk dan badannya
terguncang-guncang mengimbangi gerakan tubuhku yang makin beringas. Kemudian
aku mengubah posisi kedua kaki Ima untuk bersandar dipundakku, sementara agak
kudorong tubuhku kedepan, kedua tanganku serta merta bergerak kekedua buah
dadanya untuk meremas-remas yang bulat membusung dan memuntir-puntir puting
susunya kenyal dan mengeras tanpa kuhentikan penetrasi penisku kedalam liang
vaginanya yang hangat dan basah. Ima tidak berhenti merintih dan mendesah
sambil dahinya mengernyit menahan klimaksnya agar kami lebih lama menikmati
permainan yang makin lama semakin nikmat dan membawa kami melayang jauh.
"Oohh.. Ahh.. Dhii.. enghh.. ehn.. nnakhh.." desahan dan rintihan Ima menikmati
gesekan-gesekan batang penis dan rojokan-rojokan kepala penisku berirama
merangsangku untuk makin memacu pompaanku, nafas kami saling memburu.
Setelah mulai kurasakan ada desakan dari dalam tubuhku untuk menuju penisku,
aku merubah posisi lagi untuk kedua tanganku bersangga pada siku-siku tanganku
dan membelai-belai rambutnya yang sudah basah oleh kucuran keringat dari kulit
kepalanya. Sambil aku merapatkan tubuhku diatas tubuh Ima, kedua kaki Ima mulai
menjepit pinggangku lagi untuk memudahkan kami melakukan very deep
penetration, rintihan dan desahan nafasnya yang memburu masih terdengar
meskipun kami sambil berciuman Mmnghh.. mmhh.. oohh.. ahh.. Dhii.. mmhh..
enghh.. aahh.." "Oohh.. Imaa.. enghh.. khalau.. mau sampai.. oohh.. bhilang.. ya..
sha.. yang..enghh..aahh.." ujarku meracau "Iyaa.. honey..oohh..aahh.." tubuh kami
berdua makin berkeringat, dan rambut kami juga tambah acak-acakan, sesekali
kami saling melumat bibir dengan permainan lidah yang panas disertai gerakan maju
mundur pinggulku yang diimbangi gerakan memutar, kekanan dan kekiri pinggul
Ima. "Oohh.. dhii.. oohh.. uu.. dhahh.. belomm.. engghh.. akhu.. udahh.. nggak
khuat..niihh,," erangan-erangan kenikmatan Ima disertai tubuhnya yang makin
menggelinjang hebat dan liang vaginanya yang mulai mengempot-empot dan
menghisap-hisap hampir mencapai klimaksnya "Dhikit.. laghi.. sayang.. oohh.."
sambutku karena penisku juga sudah mulai berdenyut-denyut "Aahh.. aa.. dhii..
noww..oohh.. enghh..aahh" jeritnya "Yeeaa.. aahh.." jeritanku mengiringi jeritan
Ima, akhirnya kami mencapai klimaks bersamaan, "Srreett.. crreett.. srreett..
crreett.." kami secara bersamaan dan bergantian memuntahkan cairan kenikmatan
berkali-kali sambil mengerang-erang dan mendesah desah, kami berpelukan sangat
erat, aku menekan pinggulku dan menancapkan penisku sedalam-dalamnya ke
dalam liang vag! ina Ima, sementara Ima membelit pinggangku dengan kedua kaki
indahnya dan memelukku erat sekali seakan tak ingin dilepaskan lagi sambil kuciumi
lehernya dan bibir kami juga saling berciuman.
Nikmat yang kami reguk sangatlah dahsyat dan sangat sulit dilukiskan dengan kata-
kata. Sementara kami masih saling berpelukan erat, vagina Ima masih mengempot-
empot dan menghisap-hisap habis cairan spermaku seakan menelannya sampai
habis, dan penisku masih berdenyut-denyut didalamnya,dan kemudian secara
perlahan tubuh kami mengendur saling meregang, dan akupun jatuh tergulir
disamping kanannya.
Sesaat rebah berdiam diri bersebelahan, Ima kemudian merebahkan kepalanya
dipundak kiriku sambil terengah-engah kelelahan dan mencoba mengatur nafasnya
setelah menikmati permainan surga dunia kami. Kulit tubuhnya yang putih dan halus
berkeringat bersentuhan dengan kulitku yang berkeringat, Ima memelukku mesra,
dan tangan kiriku membelai rambut dan pundaknya. "Adi.. kamu hebat banget, gue
sampai puas banget sore ini, klimaks yang gue rasakan beberapa kali belum pernah
gue alamin sebelumnya, hemmhh.." Ima berkata sambil menghela nafas panjang
"Ma kasih ya sayang.. thank you banget.." ujarnya lagi sambil kami berciuman
mesra sekali seakan tak ingin diakhiri. Tak terasa kami sudah mereguk kenikmatan
berdua lebih dari 4 jam lamanya dan hari sudah menjelang sore. Setelah puas
berciuman dan bermesraan, kami berdua menuju kamar mandi untuk membasuh
keringat yang membasahi tubuh kami, kami saling membasuh dan membelai tak
lupa diselingi ciuman-ciuman kecil yang mesra. Setelah selesai kami berpakaian dan
menuju lantai bawah ke ruang tengah untuk menonton TV dan menunggu istri dan
mertuaku serta anaknya pulang dari kegiatan masing-masing. Sambil menunggu
kami masih saling berciuman menikmati waktu yang tersisa, Ima berucap padaku
"Adi..kalo gue telpon, kamu mau dateng untuk temenin gue ya sayang.." "Pasti !"
jawabku, lalu kami kembali berciuman. Sejak kejadian itu, tiap kali Anto (suaminya)
tidak di Jakarta, paling tidak seminggu 2 kali aku pasti datang kerumah Ima iparku
itu untuk mereguk kenikmatan berdua hingga larut malam dengan alasan pada
istriku lembur atau ada rapat dikantor, dan sebulan sekali aku pasti menghabiskan
weekendku merengkuh kenikmatan langit ketujuh berdua Ima.


>>>>>>>>>>TAMAT<<<<<<<<<<

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar

Powered By Blogger