TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peternak kecil dan industri yang lebih besar memiliki cara yang berbeda dalam melakukan perdagangan. Para peternak kecil tidak memiliki kemampuan untuk menjangkau pasar konsumen secara langsung.
Produk mereka harus melalui beberapa mata rantai lain sebelum konsumen dapat menjangkau produk mereka; yaitu seperti proses pemotongan, pengumpulan, transaksi dengan penjual besar, dengan pengecer, hingga konsumen. Ada perbedaan waktu besar yang harus dilalui peternak kecil. Prosedur yang panjang tersebut sangat dimungkinkan menjadi penyebab penurunan kualitas.
Prosedur ini berbeda dengan yang dilalui oleh industri yang lebih besar yang mengelola biaya produksi lebih rendah karena mereka memiliki sistem produksi terintegrasi dan modern. Beberapa pemain besar di industri unggas adalah Charoen Pokphand, Japfa Comfeed, Sierad Produce dan Feed CJ. Umumnya, mereka terintegrasi dengan industri pakan ternak dan atau produksi makanan berbahan hewani lainnya.
Selain kompetisi yang sulit, masalah wabah seperti flu burung menjadi faktor pengganggu tambahan untuk produksi peternak kecil dan kapasitas industri mereka yang semakin merosot. Jutaan unggas mati di kedua sektor; peternak kecil dan industri, ketika kasus wabah flu burung ditemukan pada tahun 2003.
Pada tahun 2010, ada 4.000 peternak aktif, jumlah itu adalah sekitar setengah dari jumlah peternak yang ada pada lima tahun sebelumnya. Namun, industri peternakan skala besar lebih mampu untuk bangkit lagi dan memperbaharui teknologinya. Era krisis ekonomi dan wabah flu burung telah mengurangi
jumlah peternak kecil.
"Sierad juga terpengaruh dengan adanya wabah flu burung, bahkan dapat dikatakan bahwa kita hampir berhenti beroperasional Tapi, setelah pulih pada tahun 2007, kami memulai usaha peternakan kita lagi." kata Elisina Desiree Normarna, QA / QC / RnD Senior Manager, PT Sierad Produce Tbk.
Elisina menambahkan ketika mereka memulai bisnis mereka lagi pada tahun
2007; 30.000 ayam diproduksi Sierad dalam sehari. "Pada tahun 2007 kami berhasil mencapai keuntungan total Rp 27,5 miliar.," Tambah Elisina. Pada Agustus 2009, perusahaan mencatatkan pertumbuhan usahanya sebesar 7% untuk pembibitan day old chicken (DOC) dan 7% lainnya untuk pasar pakan ternak. Kemudian, mereka memproduksi 60,000-70,000 ayam per hari pada tahun 2011.
Para peternak kecil bisa memulai usaha mereka kembali setelah mendapatkan dukungan bibit ayam baru dari Pemerintah. Namun, untuk menghindari adanya pemusnahan massa agi, peternak kecil tetap mengikuti program edukasi pencegahan wabah.
Kepala Urusan Epidemiologi dan Surveilans, Departemen Pertanian, Mastur AR. Noor mengatakan bahwa esensi dari konsep restrukturisasi dalam sistem pasar unggas sebenarnya sederhana, yaitu bagaimana mengubah pasar tradisional yang becek dan kotor dapat terorganisir menjadi industri yang bersih, sehat, dan nyaman.
Dia menambahkan bahwa upaya yang paling signifikan untuk mengatasi penyakit adalah membersihkan 'kepala'-nya. Di sini, ‘kepala ayam’ berarti sumber asal muasal seluruh proses rantai pasar seperti pada peternak unggas.
"Ini hanya contoh, itulah mengapa kita terus berhati dalam menangani masalah ini dengan para peternak. Saat kami melakukan perubahan-perubahan harus mudah dipahami, yaitu eperti yang bertujuan untuk pengendalian penyakit apapun terhadap unggas rumahan seperti ayam, bebek, dan segala macam unggas lain, "katanya.
Tugas lain adalah bio-sekuriti. Bio-sekuriti adalah cara untuk menghindari kontak antara hewan dan organisme mikro. Pada dasarnya, hanya ada dua cara bio-keamanan; pertama, untuk menghindari mikro organisme dari ternak unggas, dan kedua, untuk menghindari unggas dari mikro organisme. Tindakan berikutnya adalah deteksi, pelaporan, dan sistem penanganan darurat awal. Kegiatan pelatihan ini melibatkan 2.253 petugas di 29 provinsi.
Ketua PINSAR, Hartono, menjelaskan bahwa flu burung tidak akan mengganggu setiap telur dan daging ayam dalam produksi skala nasional. Dia menghitung bahwa populasi ayam sekarang sudah mencapai 500 juta, termasuk 200 juta ayam kampung, 150 jutaan ayam pedaging, serta 15 juta ayam petelur.
Namun demikian, ia masih mendesak lebih aktifnya peran Pemerintah dalam mengantisipas wabah lainnya di masa mendatang. Ide sistem kandang yang sehat dan bersih dengan menerapkan teknik bio-sekuriti memberikan konsekuensi dalam penganggaran. "Tidak semua program Pemerintah dapat dioperasikan karena tidak tersedianya anggaran," ujar Hartono.
Peraturan harus standar untuk semua kandang, termasuk dalam memberikan fasilitas penyemprot untuk menciptakan bio-sekuriti yang baik, dan itu semua membutuhkan jumlah besar investasi yang tentu saja sulit untudi pertimbangkan oleh peternak kecil. Ia berharap emerintah akan memberikan dana bagi mereka, tetapi juga harus pada sasaran yang tepat.
"Banyak program pemerintah yang dianggap tidak fokus dan tidak tepat sasaran, hanya pihak tertentu yang mendapat informasi dan dapat mengakses sumber daya dan sumber dana tersebut, dan peternak kecil belum pernah mendengar tentang itu," katanya.
Sosialisasi publik harus terus-menerus. PINSAR melakukan sosialisasi publik sendiri bagi semua anggotanya, tanpa dukungan Pemerintah atau pihak pelaku industri lainnya.
"Ini adalah kelemahan utama," tambahnya.
Lebih jauh lagi, dalam rangka memperkuat industri unggas nasional, dibutuhkan partisipasi semua pihak terutama Pemerintah, untuk lebih fokus dalam membantu sasaran yang tepat, seperti peternak kecil –di mana komunitas ini terbentuk secara alamiah dari mayoritas penduduk Indonesia, dari halaman belakang rumah mereke
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar